Doa Memohon Petunjuk Dan Istiqomah

اللهُمَّ اهْدِنِي وَسَدِّدْنِي

Ya Allâh, berilah aku petunjuk, dan luruskanlah aku.

Ini adalah doa yang diajarkan Rasul  Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ali Bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu. Terkandung di dalamnya dua permintaan agung, yaitu memohon petunjuk (al-hudâ) dan memohon kelurusan (as-sadâd). Dan dua hal ini tidak akan diraih hamba kecuali dengan taufik dan hidayah-Nya.

Maksud dari al-hudâ adalah mengetahui kebenaran secara rinci dan global, serta diberi taufiq untuk mengikutinya secara zahir dan batin.

Sedangkan as-sadâd adalah agar sejalan dengan kebenaran, mendapatkan petunjuk dan sunnah ; yaitu dengan konsekuen memegang apa yang diajarkan Rasul  Shallallahu ‘alaihi wa sallam .

Dalam doa ini terkandung makna firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ

Tunjukilah aku jalan yang lurus [Al-Fâtihah/ 1: 6]

Dan firman-Nya Subhanahu wa Ta’ala.

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar (istiqamah), sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Mahamelihat apa yang kamukerjakan.[Hûd/ 11: 112].

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi wejangan kepada Ali Radhiyallahu anhu, yaitu kala mengucap doa ini, agar menghayati gambaran yang diberikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; yaitu menggambarkan petunjuk seperti halnya seseorang yang ditunjuki jalan yang benar kala tersesat ; dan menggambarkan keadaan lurus (istiqamah) seperti halnya orang yang membidikkan anak panah, di mana ia berusaha untuk meluruskan bidikan panahnya ; sehingga iapun tidak menggeser arah anak panahnya ; agar bidikannya tepat dan tidak meleset. Ini ditunjukkan sabda Nabi setelahnya : dan mengenai petunjuk, ingat-ingatlah bagaimana engkau ditunjuki jalan yang benar (kala tersesat) ; dan mengenai keadaan lurus, ingat-ingatlah bagaimana (engkau) meluruskan (bidikkan) anak panah.[HR. Muslim]

Maka “musafir” yang meniti jalan akhirat lebih sangat membutuhkan petunjuk-Nya, daripada butuhnya musafir dunia kepada orang yang menunjukkan jalan yang ia tuju. Demikian pula orang yang lurus istiqamah di jalan kebenaran, ia sepertihalnya orang yang tepat sasaran mengenai bidikan panahnya.

Diadaptasikan dari SyarhThâ’ifah Min al-Ad’iyah Syaikh Abdur Razzaq al-Abbad hafizhahullâh.