Beliau adalah murid senior Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah yang lahir pada 7 Safar 691 H. Hubungan keduanya sangat dekat, bahkan dipenjara bersama dan terjun di medan jihad bersamanya. Ibnul Qayyim merupakan imam besar ahlussunnah wal jama’ah yang mewarisi keilmuan, adab, dan akhlak sang guru. Karya ilmiyahnya sangat fenomenal dalam berbagai cabang ilmu syariat, thibbun nabawi, serta untaian nasehatnya sangat menyentuh hati.



Sebagai figur murid yang bermulazamah dengan Syaikhul Islam, sangat memesona sekali adab mulia beliau dalam menyifati Ibnu Taimiyyah sebagai sosok yang berwibawa, fakih, pemberani, sekaligus teladan maupun idola Ibnul Qayyim. Beliau sangat menghargai dan menghormati gurunya dengan segenap cinta karena ketawaduan dan ketaatannya pada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Simak kisah indah sebagaimana penuturan beliau: “Demi Allah ‘Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui bahwa aku tidak pernah melihat seorangpun yang lebih bahagia hidupnya daripada beliau (Ibnu Taimiyyah rahimahullah). Padahal kondisi beliau sangat susah, jauh dari kemewahan dan kesenangan duniawi, bahkan sangat memprihatinkan. Ditambah lagi dengan (siksaan dan penderitaan yang beliau alami di jalan Allah ‘Azza wa Jalla), yang berupa (siksaan dalam) penjara, ancaman, dan penindasan (dari musuh-musuh beliau). Tetapi di sisi lain, (aku mendapati) beliau adalah termasuk orang yang paling bahagia hidupnya, paling lapang dadanya, paling tegar hatinya, serta paling tenang jiwanya. Terpancar pada wajah beliau sinar keindahan dan kenikmatan hidup (yang beliau rasakan). Dan kami (murid-murid Ibnu Taimiyyah rahimahullah), jika ditimpa perasaan takut yang berlebihan, atau timbul (dalam diri kami) prasangka-prasangka buruk atau (ketika kami merasakan) kesempitan hidup, kami (segera) mendatangi beliau (untuk meminta nasehat). Dengan hanya memandang (wajah) beliau, serta merta hilang semua kegundahan yang kami rasakan dan berganti dengan perasaan lapang, tegar, yakin, dan tenang.” (Kitab al-Wabilush Shayyib hlm. 67, cet. Darul Kitabil ‘Arabi)

Allahu Akbar! Sebuah pengalaman hidup yang menakjubkan, sosok imam yang mampu memotivasi, menyemangati, serta teladan dalam ilmu, amal, dakwah, dan kesabaran. Kekaguman dan pujian seorang murid yang sangat menghormati gurunya karena memang sangat pantas beliau dimuliakan karena kedekatannya dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nasehat spiritualnya sangat berkesan dan mampu mendongkrak iman hingga melejitkannya dalam level tertinggi.

Ibnul Qayyim berkata: “Sekali waktu pernah Syaikhul Islam mengatakan kepadaku: “Rintangan dan ujian itu ibarat panas dan dingin, kalaulah seorang yakin bahwa ia harus menghadapinya, niscaya kedatangannya tidak akan membuatnya marah dan ia pun tidak akan sedih dan risau karenanya.”” (Madarijus Salikin, II/389).

Ibnul Qayyim begitu tergugah keteguhan imannya, tatkala memandang wajah sang guru, begitu teduh, memancarkan aura kebahagiaan, meskipun hidup dalam segala keterbatasan. Inilah imam terkemuka yang begitu gigih membela manhaj dan akidah ahlussunnah wal jama’ah dari berbagai makar dan provokasi para penentang Islam. Sungguh sosok yang sangat istimewa yang tak hanya dikagumi murid-muridnya, namun generasi sesudahnya pun menjadikannya teladan, figur terpercaya, dan mampu merepresentasikan dirinya dengan bijak di atas Islam dan sunnah secara sempurna.

Demikian sepenggal pengalaman menakjubkan Ibnul Qayyim dalam berinteraksi dan bermuamalah dengan Syaikhul Islam, semoga menginspirasi kaum muslimin setelahnya agar bisa mengikuti jejaknya. Aamiin.

***