Allah Ta’ala berfirman,

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, kamu tidaklah dapat menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim [14]: 34)
Dalam salah satu ayat Al-Quran tersebut menjelaskan tentang salah satu sifat tercela manusia yang harus kita hindari. Sifat tersebut antara lain sifat zalim yakni sifat tercela yang sebenarnya mengetahui kebenaran Allah, namun ia mengingkarinya. Sifat tercela yang kedua yakni lupa mensyukuri nikmat dari Allah Subhanallahu wa Ta’alla.

Kedua sifat tercela ini terkadang tidak kita sadari terucap oleh lisan dengan mudah dan spontannya. Sehingga menyebabkan diri kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang tercela dalam Al-Qur’an. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita mempelajari dan memahami agar tidak lsgi terjerumus ke dalam murka Allah Subhanallahu wa Ta’alla.


Contoh dalam sebuah peristiwa yang penting atau sangat mendesak, dan atau dalam keadaan berbahaya menurut kaca mata manusia yang menimpa diri kita. Kemudian ada seorang manusia membantu kita, lantas secara spontan kita akan berterima kasih dan memujinya dengan contoh berkata, “Untung ada kamu, kalau tidak aku tidak tahu apa yang akan terjadi,” kalimat tersebut ringan dan secara spontan mungkin pernah kita katakan. Padahal sejatinya kata-kata itu melemparkan kita kepada bersyukur kepada selain Allah. Allah Ta’ala berfirman,

يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (QS. An-Nahl [16]: 83)

Dalam sebuah riwayat yang sejalan dengan kasus tadi, ‘Aun bin Abdillah bin ‘Utbah berkata,”(Yaitu) perkataan seseorang,’ Kalaulah bukan karena fulan, tentu tidak akan begini dan begitu’. Atau,’Kalaulah bukan karena fulan, tentu tidak akan menimpamu yang demikian dan demikian.”

Adapun larangan bersyukur kepada selain Allah dikaitkan pada larangan menyekutukan Allah,

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu. Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 22)


Menyekutukan Allah merupakan perbuatan syirik yang dosanya terlampau besar. Oleh karena itu, untuk menjauhkan diri dari dosa tersebut mari kita simak hadits berikut. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

الأنداد هو الشرك، أخفى من دبيب النمل على صَفَاة سوداء في ظلمة الليل، وهو أن يقول: والله وحياتك يا فلان، وحياتي، ويقول: لولا كلبة هذا لأتانا اللصوص، ولولا البطّ في الدار لأتى اللصوص، وقول الرجل لصاحبه: ما شاء الله وشئتَ، وقول الرجل: لولا الله وفلان. لا تجعل فيها “فلان”. هذا كله به شرك.
“(Menjadikan) ‘andaad’ [sekutu-sekutu] adalah berbuat syirik, (dosa) yang lebih samar daripada jejak semut yang merayap di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Contohnya adalah perkataan,’Demi Allah dan demi hidupmu, wahai Fulan! Dan demi hidupku.’ Atau ucapan,’Kalau bukan karena anjing ini, tentu kita akan didatangi pencuri-pencuri itu.’ Atau,’Kalau bukan karena angsa di rumah ini, tentu datanglah pencuri-pencuri itu.’ Atau perkataan seseorang kepada temannya,’ Atas kehendak Allah dan kehendakmu.’ Atau perkataan seseorang,’ Kalaulah bukan karena Allah dan fulan.’ Janganlah Engkau sebutkan di dalamnya, ’Fulan’. Semua ini adalah perbuatan syirik terhadap Allah.”
Hadits tersebut menjelaskan betapa sukarnya kita untuk mengetahui dosa syirik tersebut. Oleh karena itu sebagaimana rasa takut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada sifat syirik, kitapun pasti lebih-lebih lagi rasa takut terhadap dosa tersebut. Mari kita amalkan do’a Rasulullah kepada Allah Ta’ala agar terhindar dari dosa tersebut,

اللهم إني أعوذ بك أن أشرك بك وأنا أعلم وأستغفرك لما لا أعلم
”Ya Allah, aku berlindung dari berbuat syirik sementara aku mengetahuinya. Dan aku memohon ampun kepada-Mu dari dosa yang tidak aku sadari.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad)

Wallahu A’lam Bisshowab