Muhammad bin Abdullah yang meninggalkan Makkah secara diam-diam di malam pekat, melalui perjalanan berat menuju Madinah sambil sambil dikejar-kejar, sepuluh tahun kemudian menjadi panglima dengan puluhan ribu pasukan Muslimin.

Kaum musyrik dan para petinggi Quraisy pun menyerah dan masuk Islam, hanya sebagian kecil di antara mereka yang berani melawan. Itu pun dapat dengan mudah dipatahkan.

Suraqah bin Malik masih menyimpan tulang pemberian Rasulullah. Saat ia membawa tulang, ia pun menemui Rasulullah.




“Wahai Rasulullah, aku adalah Suraqah bin Malik,” katanya.

Hari itu adalah pertemuannya kembali dengan Rasulullah setelah dulu Suraqah yang menangkap beliau.

“Kemarilah! Hari ini adalah hari untuk menepati janji dan hari perdamaian,” jawab Rasulullah.

“Aku ingin bersyahadat di hadapanmu,” kata Suraqah lagi.

Rasulullah pun menyambut niat Suraqah dengan baik.

Tak lama setelah peristiwa Fathu Makkah, kaum Muslimin dirundung duka . Air mata berlinangan sambil mengantar jenazah Rasulullah yang sangat dicintai kaum Muslimin.

Wafatnya Rasulullah membuat Suraqah tak kuasa menahan kesedihannya. Belum lama ia masuk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah, ia kini ditinggal pergi untuk selamanya. Selalu terbayang kejahatan yang telah Suraqah lakukan kepada Rasulullah, yang membuatnya merasa sedih dan berdosa. Lalu ia pun menanamkan kembali, memupuk kembali kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya dengan berjihad. Yang kemudian semangat itu semakin membara dari waktu ke waktu.

Selepas Rasulullah wafat, Abu Bakar as-Shiddiq menjadi khalifah pertama. Dilanjutkan oleh Umar bin Khattab, dan Suraqah pun tetap setia menjadi pengikut penerus kepemimpinan. Dibawah kepemimpinan Umar bin Khattab, kaum Muslimin berhasil menaklukan Persia. Persia yang dikenal akan melimpahnya harta, membuat Kaum Muslimin pada waktu itu semakin bersyukur. Emas, perak, berlian, baju perang, dan baju kebesaran kerajaan pun tidak luput menjadi harta rampasan yang kini dimiliki oleh kaum Muslimin.




“Pakailah baju Kisra beserta perhiasan ini, lalu naiklah ke atas mimbar untuk memuji kebesaran Allah!” kata Khalifah Umar kepada Suraqah.

Jantung Suraqah berdegup kencang memandang  apa yang akan diberikan kepadanya itu. Baju dan perhiasan yang sebelumnya tak terbayang akan ia pakai, karena ia sadar siapalah dirinya. Suraqah pun naik ke atas mimbar dan melafalkan pujian dan syukur kepada Allah.

Mahabenar Allah. Terbayang olehnya tatkala saat pertama Suraqah bertemu dengan Rasulullah di gurun pasir. Atas apa yang kini ia lihat, Suraqah ingat bahwasannya sungguh benar apa yang dikatakan Rasulullah sejak dulu. Ia sendiri yang menjadi saksinya.